Senin, 12 Desember 2011

ANALISIS DRAMA "Waktu Perempuan"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Karya sastra adalah ekspresi dan luapan perasaan dari pengarang yang bersifat imajinatif dan mengandung unsur keindahan dan bermanfaat. Menurut genrenya hasil dari karya sastra itu dibedakan menjadi tiga bagian, yakni puisi, prosa, dan drama. Terkhusus dalam penganalisan ini penulis mengambil salah satu dari ketiga bagian itu, yaitu karya sastra dalam bentuk drama.  Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau cakapan antara tokoh-tokoh yang ada. Drama juga secara eksplisit memperlihatkan adanya petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan tokoh (Hall dalam Wahyudi, 2006: 104).
Dalam melakukan penganalisisan dalam suatu karya sastra, dalam hal ini drama maka penulis mengambil salah satu teori dalam penganalisisannya yang pada notabenenya banyak teori yang dapat digunakan. Terkhusus pada penganalisisan kali ini penulis mengambil teori feminis untuk menganalisis karya ini.  Melihat drama “Waktu Perempuan” karya “Royal Ikmal” sangat memungkinkan untuk didekati dengan teori feminis, maka penulis mengambil teori feminis untuk memudahkan penganalisisan ini dengan mendekatinya dengan pendekatan ekspresif yang kemudian menghubungkannya dengan  sikap dan posisi perempuan dalam drama ini.
Secara etimologis feminis  berasal dari kata femme (women) berarti perempuan (tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial, yang bertujuan untuk  keseimbangan dan interelasi gender. Dengan kata lain, teori feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan dan direndahkan oleh kebudayaan dominan baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Kemudian pendekatan ekspresif yaitu suatu pendekatan yang menitikberatkan pada pengarang karya itu sendiri dalam menganalisis suatu karya sastra. Melihat adanya perbedaan yang sangat mencolok antara teori feminis dengan pendekatan ekspresif, maka penulis akan menghubungkan keduanya dengan memperhatikan pikiran-pikiran tokoh, perasaan tokoh, dan tingkah laku tokoh dalam kaitannya dengan sikap dan posisi perempuan dalam drama ini.
Setelah membaca drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal ini, maka akan muncul beragam penafsiran yang berbeda-beda dari setiap pembacanya. Namun, itulah gunanya kita menganalisis sebuah karya sastra agar kita dapat memperoleh pesan yang sesuai pemikiran kita dari karya sastra yang kita analisis. Drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal ini mengisahkan tentang kaum perempuan yang ingin mengatakan dan menyadarkan  laki-laki bahwa perempuanlah yang memiliki kekuasaan terhadap laki-laki. Namun, hal itu ditentang oleh para laki-laki hingga membuahkan kekecewaan bagi perempuan. Dari pemaparan singkat di atas maka penulis ingin menjelaskan atau menuliskan sikap dan posisi perempuan dalam drama ini.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam analisis ini adalah sebagai berikut.
1.    Bagaimanakah pendekatan ekspresif menjelaskan sikap dan posisi perempuan dalam drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal?
2.    Bagaimana sikap dan posisi perempuan dalam drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal?
3.    Bagaimana cara pengarang menempatkan perempuan dalam drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal?

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.
1.    Untuk mengetahui bagaimana pendekatan ekspresif menjelaskan sikap dan posisi perempuan dalam drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal.
2.    Untuk menjelaskan Bagaimana sikap dan posisi perempuan dalam drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal.
3.    Untuk mengetahui cara pengarang menempatkan perempuan dalam drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal.

D.    Manfaat
Dari setiap analisis akan menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda dari setiap penganalisis, terkhusus pada analisis ini penulis mengemukakan beberapa manfaat sebagai beri kut.
1.    Untuk mengetahui hubungan antara teori feminis dengan pendekatan ekspresif dalam menganalisis suatu karya sastra, dalam hal drama.
2.    Untuk mengetahui hubungan antara teori feminis dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku tokoh dalam dalam drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kata sastra dapat ditemukan di berbagai aspek dan konteks  yang berbeda. Sastra merupakan istilah yang luas. Sastra dapat dipandang sebagai sesuatu hasil yang dapat dinikmati, sastra juga merupakan suatu yang erat hubungannya dengan ciri-ciri khusus suatu bangsa atau kelompok masyarakat. Sastra adalah bentuk ciptaan manusia ke dalam bentuk sastra, baik tulisan maupun lisan yang dapat menimbulkan rasa senang. Dalam membaca dan memahami karya sastra kita selalu menghadapi keadaan yang paradoksal, pada satu pihak sastra merupakan  keseluruhan yang bulat, otonomi, di sisi lain tidak berfungsi dalam situasi kosong. Sebagaimana pengertiannya bahwa sastra adalah  hasil karya seseorang yang diekspresikan melalui tulisan yang indah yang bernilai dominan atau dengan kata lain sastra  merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang mengandung unsur keindahan, yang menimbulkan rasa tenang, menarik perhatian, dan menyegarkan perasaan bagi penikmatnya. Hal ini sepadan dengan pendapat Horace bahwa hakikat dan fungsi karya sastra adalah “dulce et ulite”yang artinya menyenangkan dan berguna. Kedua hal tersebut mempunyai kaitan arti yang kuat dan menimbulkan suatu pengertian. Oleh karena itu hakikat dan fungsi karya sastra tersebut menjadi hasil kebudayaan yang pantas mendapatkan perhatian( Kusdiratin, 1985:1).
Kedudukan dan manfaat karya sastra bagi seorang pencipta karya sastra tidaklah hanya sekedar untuk mengekspresikan  pengalaman jiwanya saja, tetapi lebih dari itu. Pengarang bermaksud untuk mempengaruhi pembaca agar ikut memahami, dan menghayati ide yang dituangkan dalam karya sastra tersebut. Penulis sastra bukanlah seorang yang  sekedar menulis bahasa. Penulis sastra membuat sebuah dunia kehidupan dengan menggunakan bahasa pilihan yang tepat dan secara estetis. Maka jelas bahwa salah satu ciri karya sastra adalah bersifat imajinatif yaitu menimbulkan citra atau banyangan tertentu di dalam benak penikmatnya sehingga mampu membangkitkan perasaan senang, sedih, marah, benci, dan dendam. Perasaan itu muncul bukan karena perasaan atau pertentangan nasib melainkan pengaruh teknik penceritaan penulis.  Sesuatu yang disampaikan oleh seorang sastrawan atau penulis karya sastra adalah tentang manusia dengan segala macam perilakunya. Kehidupan manusia tersebut diungkapkan lengkap dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu karya sastra dapat menambah kekayaan batin setiap hidup dan kehidupan ini. Karya sastra mampu menjadikan manusia memahami dirinya dengan kemanusiaannya.
Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini terkandung nilai atau hikmah yang dapat kita petik manfaatnya. Untuk dapat menangkap nilai-nilai tersebut diperlukan kepekaan dan kearifan. Bagi orang awam hal yang mungkin tidak dapat menjadi semangat berarti bagi seorang penulis karya sastra. Sesuatu yang tidak dianggap berarti bagi masyarakat itu diolah oleh pengarang kemudian diwujudkan kembali dalam bentuk karya sastra. Maka jelas bahwa yang menjadi objek karya sastra adalah manusia dengan bermacam-macam aspek kehidupannya. Dengan demikian karya sastra menjadi sarana yang amat penting untuk mengenal secara sempurna terhadap manusia dan zamannya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, bentuk-bentuk karya sastra ini biasanya berupa prosa, puisi, dan drama.  Drama adalah salah satu  karya sastra yang sering dikaji oleh para pengkaji karya sastra.  Dalam dunia sastra, drama merupakan salah satu genre sastra yang menarik untuk dibahas. Istilah drama berasal dari Yunani, yaitu dramoi yang berarti ‘aksi’ atau ‘perbuatan’. Istilah drama itu sendiri sudah menyiratkan makna ‘peristiwa’, ‘karangan’, dan ‘risalah’.
Drama  adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan di anatara tokoh-tokoh yang ada. Drama juga secara eksplisit memperlihatkan adanya petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan tokoh (Hall dalam Wahyudi, 2006: 104).
Dalam menkaji suatu karya sastra, sebagaimana karya-karya sastra lainnya tentunya diperlukan pendekatan atau teori yang dapat digunakan untuk mengkaji makna yang terkandung dalam karya sastra. Demikian pula dengan karya sastra drama. Pada pengkajian ini penulis mengkaji drama ini dengan menggunakan gabungan teoro feminis dan pendekatan ekspresif. Sebagaimana yang diketahuibahwa teori feminis adalah sebuah gerakan dari golongan perempuan untuk membela dan memperjuangkan hak-hak wanita. Dan untuk mengetahui hal-hai yang berkaitan dengan perjuangan wanita dalam drama ini maka penulis menggunakan pendekatan ekspresif. Dimana, pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan kajiannya pada hubungan karya sastra dengan pengarangnya.
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang mendasarkan pada pencipta atau pengarang karya sastra. Telaah ini didasarkan pada teori ekspresif yang memandang suatu karya seni yang secara esensial sebagai dunia internal (pengarang) yang terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni); perwujudannya melalui proses kreatif, dengan titik tolak dorongan perasaan pengarang; dan hasilnya adalah kombinasi antara persepsi, pikiran dan perasaan pengarangnya. Sumber utama dan pokok masalah suatu karya sastra adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran pengarangnya.
Di sisi lain Rohrberger dan Woods (1971:8) memandang pendekatan ekspresif ini sebagai pendekatan biografis. Dalam kaitan ini, mereka menjelaskan, pendekatan biografis menyaran pada perlunya suatu apresiasi terhadap gagasan-gagasan dan kepribadian pengarang untuk memahami obyek literer. Atas dasar pendekatan ini, karya seni dipandang sebagai refleksi kepribadian pengarang, yang atas dasar pengalaman estetis pembaca dapat menangkap kesadaran pengarangnya; dan yang setidak-tidaknya.sebagian respon pembaca mengarah kepada kepribadian pengarangnya. Untuk itu, dengan pendekatan ekspresif penelaah hendaknya mempelajari pengetahuan tentang pribadi pengarang guna memahami karya seninya).
Telaah dengan pendekatan ekspresif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pengarang dalam mengungkapkan gagasan-gagasan, imajinasi, spontatanitasnya dan sebagainya.
Dalam pengkajian karya sastra dengan pendekatan ekspresif, atau hal-hal yang terkandung dalam drama yang berhubungan dengan pengarang dapat dilihat dari pikiran-pikiran pengarang yang ada pada tokoh-tokoh karya sastra yaitu dapat dapat melalui pikiran-pikiran tokoh, perasaan-perasaan tokoh, dan tingkah laku tokoh. Hal ini dapat memudahkan penulis atau pengkaji karya sastra dalam menganalisis makna- makna yang terkandung dalam karya sastra.


BAB III
PEMBAHASAN

A.    Ringkasan Drama “Waktu Perempuan”karya Royal Ikmal

Drama “Waktu Perempuan” karya Royal Ikmal ini mengisahkan tentang kaum perempuan yang ingin mengatakan dan menyadarkan  laki-laki bahwa perempuanlah yang memiliki kekuasaan terhadap laki-laki. Namun, hal itu ditentang oleh para laki-laki hingga membuahkan kekecewaan bagi perempuan.  Dalam drama ini, kisahnya diawali dengan  merasa senang dan puasnya pemuda1 karena ia telah  melakukan “sesuatu” kepada perempuan 1hingga perempuan itu merasa dilecehkan. Perempuan1 berusaha membela diri bahwa apa yang dilakukan pemuda 1 yang membuat dirinya tersiksa adalah sebuah kesalahan. Namun pemuda 1 menganggap hal itu merupakan hal yang wajar dan pemuda 2  pun mendukung apa yang dilakukan oleh pemuda1. Masalah kemudian muncul ketika manusia terbalik berusaha menggoda dan mengajak  pemuda 2 untuk menjadi pengikutnnya. Dimana manusia terbalik mengatakan bahwa semua kesenangan ada padannya dan dia adalah sunber kesenangan itu. Pemuda 2 kemudian menjadi pengikut dari manusia terbalik itu.
Pada adegan 2 kemudian muncul seorang perempuan tua.  Pemuda 1 berusaha memohon  sesuatu pada perempuan tua ini. Pemuda 1 memohon keringat dan debu tangan perempuan tua  namun, perempuan tua tidak memberikan apa yang diminta oleh pemuda1 tapi ia berusaha memotivasi pemuda satu agar ia mau berusaha dan memakan keringat dan debu tangannya sendiri.  Perempuan tua menyuruh pemuda 1 untuk tidur sejenak hingga akhirnya pemuda1 bertemu dengan perempuan 2 yang membuatnya harus bekerja keras untuk hidupnya.
  Masalah puncaknya kemudian terjadi pada adegan 3. Dalam adegan ini pemuda 1 dan pemuda 2 bersatu melawan perempuan1 dan perempuan 2 untuk mempertahankan gender masing- masing bahwa gender laki-lakilah yang berkuasa namun  perempuan juga menganggap bahwa gender perempuanlah yang menguasai laki-laki. Sebagai buktinya laki-laki mempunyai ibu yang menyusui mereka. Perempuan 1 berusaha mengeluarkan kotoran dari pikiran para pemuda itu namun hasilnya sia-sia. Pemuda1 dan pemuda 2 tetap tidak mau mengalah,  mereka mengatakan bahwa perempuan juga mempunyai ayah yang mencari nafkah untuk mereka. Perbedaan pendapat antara pemuda1, pemuda 2 dan perempuan 1, perempuan 2 semakin memuncak hingga membuahkan kekecewaan bagi perempuan dan pemuda 1  dan pemuda 2 pergi begitu saja meninggalkan perempuan tanpa peduli terhadap kekecewaan yang dialami perempuan. Drama ini kemudian diakhiri  pada adegan 4 dengan munculnya perempuan tua yang mengatakan bahwa tidak penting kita memperdebatkan siapa yang berkuasa. Karena semua mahluk hidup pasti akan kembali ke asalnya.

B. Analisis  Drama “Waktu Perempuan” Karya Royal Ikmal

Perempuan dalam pandangan masyarakat sosial adalah mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sempurna yang dikodratkan kedudukannya berada di bawah kedudukan laki-laki. Hal ini sudah menjadi pemahaman umum  bagi masyarakat khususnya kaum laki-laki. Sehingga hal ini pulalah yang menjadi dasar  adanya sikap kesewenang-wenangan kaum laki-laki terhadap kaum perempuan. Namun, jika ditinjau dari segi kedudukan perempuan, ada sedikit pandangan yang keliru dari sebagian masyarakat sosial  yang muncul dan berkaitan dengan posisi perempuan dalam suatu kehidupan khususnya dalam menginterpretasikan dan mengimplementasikan ajaran agama Islam. Dimana kedudukan perempuan dianggap tidak sejajar dengan kedudukan laki-laki. Misalnya, di wilayah domestik perempuan seringkali dianggap tidak memiliki kekuatan yang sama dengan laki-laki dalam melakukan sesuatu hal. Hal ini bisa dilihat bahwa dalam ajaran agama Islam tidak pernah menempatkan kaum perempuan sebagai anggota masyarakat dengan hak dan tanggung jawab yang lebih rendah dari kaum laki-laki.  Begitu pula halnya dari sisi hukum. Perempuan tetap memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dengan laki-laki di sisi hukum. Namun tidak demikian bagi sebagian kaum laki-laki.
Dalam analisis ini, penulis mencoba mengkaji dan meneliti bagaimana sikap dan posisi perempuan dalam drama “Waktu Perempuan”karya Royal Ikmal dengan mendekatinya dengan pendekatan ekspresif. Dalam drama ini penulis membagi dramanya menjadi empat adegan. Pada adegan pertama, penulis mulai memaparkan bagaimana sikap dan sifat seorang laki-laki dan perempuan. Pada adegan  kedua konflik mulai dimunculkan dimana dengan  hadirnya tokoh manusia terbalik. Kemudian pada adegan ketiga, konflik dalam drama ini semakin memuncak dan disertai dengan adegan keempat dimana adegan ini merupakan bagian penyelesaian dari konflik-konflik sebelumnya.
Pada adegan pertama, penulis mendeskripsikan sifat dan karakter dari laki-laki dan perempuan. Dimana laki-laki digambarkan dengan sikap yang angkuh dan suka memanfaatkan kelemahan seorang perempuan. Dimana mereka menganggap diri merekalah yang paling berkuasa dan segala yang mereka inginkan dapat mereka capai dengan menghalalkan segala cara. Namun, gambaran sikap perempuan dalam drama ini berbanding terbalik dengan sikap yang dimiliki oleh laki-laki. Dimana  perempuan digambarkan dengan sikap pasrah dan ikhlas serta rela menerima apa saja yang dialaminya. Kemudian penulis menampilkan salah seorang tokoh yang dapat memanipulasi diantara keduanya.
Pada adegan dua penulis mulai memunculkan bahwa:
•    Perempuan sudah memperlihatkan bahwa ia juga dibutuhkan oleh laki-laki.
•    Perempuan merupakan pemotivasi bagi mereka para pihak laki-laki,maksudnya yaitu perempuan sebagai tempat untuk mengadukan masalah mereka karena mereka menganggap bahwa perempuan memiliki pola pemikiran yang tenang dan bijaksana sehingga perempuan dapat memikirkan suatu jalan pemecahan dari suatu masalah dengan baik.
•    Dengan hadirnya perempuan yang membutuhkan laki-laki maka laki-laki pun berfikir tentang cara agar dia bisa menghidupi perempuan.Dalam hal ini perempuan sangat disayangi dan dibutuhkan oleh laki-laki karena perempuan mampu memberikan ketenangan batin ataupun perasaan bahagia kepada setiap laki-laki tertentu dengan sikap dan perilaku yang dimiliki oleh perempuan tersebut.
Kemudian,pada adegan tiga penulis telah memperlihatkan bahwa:
1.    Terjadi perdebatan yang mengemukakan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai peranan yang derajatnya sama.
2.    Telah dikemukakan bahwa laki-laki mempunyai peranan dan kedudukan tersendiri dalam kehidupan manusia yang tidak bisa diambil alih oleh pihak perempuan,begitu pula sebaliknya perempuan juga mempunyai peranan dan kedudukan yang tidak bisa diambil alih oleh pihak laki-laki, Dalam hal ini laki-laki dan perempuan mempunyai peranan masing-masing yang telah dikodratkan sejak nenek moyang kita ada.
3.    Laki-laki tidak mau mengalah,begitupula perempuan.Hal ini disebabkan karena laki-laki dan perempuan mempunyai peranan masing-masing yang kedudukannya sangat penting dan seimbang dalam kehidupan manusia.
Selanjutnya,pada adegan empat,penulis mengemukakan bahwa jika dianalisis dari teori feminis, ia tidak memikirkkan  adanya perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki.Penulis menyimpulkan bahwa keduanya akan kembali pada satu tempat juga yaitu Sang Maha Pencipta. Hal tersebut sangatlah jelas dikemukakan oleh penulis dalam setiap dialog-dialog yang disampaikan oleh para tokoh.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sikap dan posisi perempuan dalam drama Waktu Perempuan karya Royal Ikmal terlihat tidak adanya keberpihakan penulis pada kedudukan perempuan dalam pandangan sosial.  Penulis tidak merendahkan atau peranan perempuan di mata sosial. Namun penulis sudah berusaha untuk menjadikan perempuan mampu memunculkan idenya dalam suatu masalah gender. Hal ini terlihat pada kutipan adegan tiga berikut: 
Perempuan 1        : Kalian punya ibu yang menyusui kalian.
Perempuan 2        : Aku bosan mengeluarkan kotoran di kepala kalian dan           
    menunjukkan  jalan untuk kalian. (Berpikir sejenak) Aku punya
    pakaian yang kalian bisa memakainya untuk mengganti pakaian
    kalian yang telah usang.
Perempuan 2    : Ia. Memang betul. Tapi, kami yang menjadikannya.
Perempuan 2    : Kenapa kalian tidak mau mendengarkan kami.

    Royal Ikmal dalam drama Waktu Perempuan ini telah berhasil memposisikan perempuan sebagaimana kodratnya yang lebih tinggi dua tingkat dari seorang laki-laki. Kemampuannya dalam memunculkan dialog-dialog yang mempertegas kehadiran seorang perempuan dalam hidup sangat rapi dibungkusnya dalam kata-kata yang sederhana dan penuh makna. Royal tak mementingkan lagi masalah gender, terbukti tak ada yang dimenangkan antara laki-laki dan perempuan melainkan penulis mengakhiri karya dengan adanya kepuasan antara perempuan dan laki-laki.


DAFTAR PUSTAKA

Djojosuroto, Kinayati.2004. Pengajaran Puisi Analisis dan Pemahaman. Jakarta : Nuansa.
Ikmal, Royal. Waktu Perempuan.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: UGM (Gajah Mada University  Press).
Segers, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Yogyakarta: Adicita.
Sumarti, Ninik. 2009. Struktur Cerita dan Tema Dalam Naskah Drama “Kejahatan  Membalas Dendam”Karya “Idrus. Kendari: FKIP Unhalu.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Udu, Sumiman dan La Niampe. 2008. Teori Sastra. Kendari: FKIP Unhalu.
Wellek, Renne dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar