Senin, 05 Desember 2011

Membuat Cerita Nyata

Membuat Cerita Nyata
MAUT YANG DIDASARI TANPA RESTU DARI ORANG TUA

    Pagi amat cerah, kabut-kabut masih kelihatan menyatuhkan induknya. Matahari yang terbit di sebelah Timur mulai muncul memperlihatkan sinarnya yang kekuning-kuningan. Para nelayan mulai berdatangan sambil menarik sampannya dan membawa naik beberapa ikan di darat, setelah satu malam mereka pergi mencari ikan di tempat lain. Ombak-ombak pun mengeluarkan gemerciknya di sekitar pantai. Suasana di pagi itu sempat mengheningkan keadaan setempat. Setelah waktu menunjukkan pukul 10 pagi orang-orang yang hendak berekreasi mulai berdatangan. Di setiap hari minggunya, pantai tersebut banyak pengunjungnya. Pantai itu dikenal dengan pantai Napabhale yang letaknya di Kabupaten Muna yaitu di Kecamatan Lohia. Tiba-tiba para pengunjung telah dikejutkan dengan sebuah peristiwa dimana ombak dari kejauhan sudah kelihatan seolah-olah telah membawa 2 insan anak manusia. Ketika mendekat ternyata didapati 2 anak manusia yang sudah meninggal. Entah kapan mereka membuang diri di tempat itu.
    Keadaan pantai tersebut sempat heboh dan membuat panik para pengunjungnya. Beberapa petugas, baik petugas kesehatan maupun pihak polisi mulai terlihat dan begitu sibuk memberi pertolongan kepada sepasang muda-mudi yang sudah terbaring meninggal di pinggir pantai. Kelihatannya 2 insan anak manusia sangat naas, dimana malaikat maut telah mencabut nyawa mereka dalam keadaan yang sungguh tragis dan memilukan. Keduanya nekad bunuh diri dengan cara sama-sama membuang diri dari tempat yang tinggi menuju ke laut yang dalam. Akibatnya, mereka mati dalam keadaan berpelukan dengan diikatkan seutas tali dibagian pinggang mereka. Peristiwa itu memang sangat mengharukan.
    Setelah mereka diperiksa dengan aparat yang berwenang, telah ditemukan selembar kertas dalam kantung celana laki-laki yang telah mereka tanda tangani berdua. Kertas itu setelah dibaca berisi perkataan bahwa ,” tolong jangan pisahkan mayat kami dan terus dikebumikan tanpa harus terpisah untuk membuktikan cinta abadi kami sehidup semati”. Itulah isi tulisan yang tertera di dalam kertas itu. Setelah diteliti baik-baik di bagian akhir surat tercatat bahwa mereka melakukan ini demi menyelamatkan cinta sejati yang suci, karena orang tua mereka tidak merestui hubungan cinta mereka.
    Sebelum keduanya memilih hidup untuk mati, ada seorang kakek yang menceritakan semua hal yang menimpah mereka. Menurut cerita si kakek bahwa dulu ada sebuah keluarga yang kehidupan bersama keluarganya rukun dan taat beragama. Boleh dikatakan Sang ayah maupun anak laki-lakinya selalu mengadakan kajian di sebuah mesjid pada tiap malam minggu. Mereka telah memahami betul ilmu agama. Sang ayah bernama Abdi Keras dan anak laki-lakinya bernama Rela. Rela tumbuh dewasa menjadi laki-laki tampan. Ia taat beribadah dan selalu menghormati orang tua. Pendidikannya sangat tinggi. Ia memilih pendidikan di Jawa menjadi seorang pengusaha sukses. Setelah berhasil, ia pulang dan memberi tahu kedua orang tuanya bahwa tibalah saatnya ia untuk menikah. Ia pulang dengan membawa seorang perempuan cantik bernama Atikah. Atikah adalah seorang wanita cantik rupawan dan berbudi luhur. Ia seorang wanita berakhlak mulia, cerdas dan berkedudukan tinggi. Tentu saja Rela mencintai wanita itu karena dimatanya perempuan tersebut sangat sempurna,
Di suatu hari, ayahnya Abdi Keras lewat di depan rumah untuk pergi besama-sama shalat jum’at berjamaah di mesjid. Namun, setelah lewat ia melihat anaknya sedang bercerita sambil bermesraan dengan lembut dan romantis bersama kekasihnya yaitu Atikah. Abdi Keras tidak mengganggu keduanya. Ia pun membatalkan niatnya untuk melakuka sesuatu dan meneruskan perjalanannya ke mesjid.
Setelah selesai melaksanakan shalat, Abdi Keras sekali lagi melalui jalan dengan lewat di depan rumah. Alangkah kesalnya dan marah Abdi Keras, apabila ia mendapati Rela masih bercerita dan bersenda gurau dengan Atikah sebagaimana sebelum ia menunaikan shalat jum’at di mesjid. Kemudian Abdi Keras segera memanggil Rela. Dia pun bertanya “wahai Rela apakah kamu tidak shalat jum’at berjamaah?”. Tanpa berpikir panjang Abdi Keras berkata, wahai Rela, kamu Rela melalaikan kewajibanmu dengan tidak melaksanakan shalat jum’at. Padahal shalat jum’at merupakan shalat yang wajib harus dilaksanakan bagi kaum laki-laki. Atikah telah melalaikan kamu dari kewajibanmu, malah dia juga telah melupakan shalat fardunya. Untuk itu putuskan saja dia !”. Itulah perintah Abdi keras kepada Rela. Suatu perintah dan perkataan ketika Abdi Keras mandapati anaknya dalam melalaikan kewajiban dari yang di atas. Ketika ia melihat Rela mulai sibuk denga Atikah yang cantik mempesona. Ketika Abdi Keras melihat Rela terpesona keindahan dunia dengan bersenda gurau, sehingga menyebabkan semangat juang dan cara mendidik anak dengan keras semakin luntur dan tidak berhasil.
Dari peristiwa itulah yang berupa teguran dan ocehan dari Sang ayah yang membuat Rela putus asa dan sakit hati. Pada dasarnya walaupun rela menetapkan cintanya pada Atikah, tetapi Sang ayah tidak setuju. Entah alasan apa yang membuat Abdi keras tidak menyetujui hal itu. Mungkin saja Abdi Keras ingin menjodohkan anaknya Rela bersama perempuan lain yang betul-betul paham dengan ilmu agama. Maka dari itu yang membuat Abdi Keras mesti keras hatinya hingga menolak Atikah yang cantik dan berpendidikan. Rela kecewa pada Sang ayah atas kelakuannya dalam menolak Atikah. Atas dasar alasan berupa kekecewaan itulah Rela memilih rela mati bersama Atikah. Mereka tidak setuju kalau ada seseorang yang ingin menghancurkan hubungan berdasarkan cinta yang sudah dibangun dan dijalani bersama sejak dulu. Mereka memilih lebih baik mati bersama. Mereka melakukan semua itu dengan tujuan menyelamatkan cinta sejati yang suci. Dari peristiwa inilah yang berupa pendidikan Abdi Keras menjadi keras pada anaknya Rela. Ia tidak mau menuruti kemuan anaknya. Ia tetap keras pada pendiriannya, hingga sampai kehilangan anak kandungannya sendiri. Atas penolakan itulah Abdi Keras sama saja membunuh 2 insan sekaligus. Kalau ia menuruti kemauan anaknya hal itu tidak akan terjadi dan tetap berjalan biasa-biasa saja seperti dikehidupan semula yang hidup dengan rukun dalam satu keluarga.
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar