Senin, 14 Juni 2010
Kumpulan PuisiOleh: HARYANI DINA (A1D1 08 018)
Contoh Puisi Tanggapan Tentang Cerita yang Sudah Ada
1. MALIN KUNDANG
Embun turun merendah
Inilah suasana desa
Sedamai hati bunda
Kini malam datang
Sepi disemua pandang
Sang bunda kian bisu
Dan tak mampu membunuh rindu
Sang bunda makin pilu
Pangerannya tertidur di tengah keramaian
Terlalu lama
Ia tak tahu jalan pulang
Sang bunda datang menjemput pangerannya
Si Pangeran lupa pada sang bunda
Seperti kacang yang lupa pada kulitnya
Sang pangeran akhirnya terkutuk menjadi batu untuk
selamanya.
Kendari, 28 Mei 2010
Contoh Puisi Orang
2. LA MPASOLE
Lewat bintang-bintang jernih di senja itu
Aku selalu berharap sedikit saja hingga satu genggam
Seperti cahaya bintang yang bersinar-sinar di matamu
Mpasole kelakuanmu yang selalu mengupas isi hati
Mencabik-cabik kepercayaan yang telah aku berikan
Dambaan rasa seisi senyuman hati
Menyusut dikesunyian jiwa bersama hayalan
Tantanganmu bukanlah bagaimana bisa tuk mengatasinya
Melainkan apa yang bisa dipetik sebagai pelajaran
Tapi bulan kali ini telah memegahkan pancarannya
Seperti setitik pelita.
Kendari, 14 Mei 2010
Contoh Puisi Tempat
3. MOTONUNO
Terhadap danau wakambelo
Bebatuan mengokohkan induknya
Membatasi anak danau Motonuno
Setapak jalan anak manusia
Mulai terselibun lumut sehari
Debur burung-burung
Mengerumun bibir matahari pagi
Yang berbasah-basahan dan berkicau riang
Disekitar danau wakambelo
Irama-irama pantun
Mulai luluh di sekitar Motonuno
Seiring awan yang enggan menipis mulai kabur.
Kendari, 16 Mei 2010
Contoh Puisi Renungan Tentang Benda
3. SEPATU
Berdasarkan ukuran dan diameter yang berbeda
Telah memiliki warna yang berbeda pula
Ada putih, merah, hijau dan jingga
Semua konsumen selalu butuh dia
Meskipun di bawah dan di atas harga rata-rata
Dalam setiap detak ia digunakan dimana-mana
Kadang hujan dan panas terik
Bahkan merasa tidak dirugikan
Disetiap detik ia selalu diinjak-injak
Selayaknya tidak memiliki harga diri sepenuhnya
Setelah sobek ia dibuang begitu saja
Tanpa dipikirkan ketulusannya
Dibalik kepolesannya ia tetap tabah
Karena ia tahu
Tentang fungsi yang sesungguhnya.
Kendari, 27 Mei 2010
4. PERCIKAN LANGIT
Butir-butiran air yang jatuh
Turun pelan-pelan memanjangkan percikannya
Deti demi detik menggelegarkan suara gemuruh
Hingga menusuk benak dalam dada
Potongan-potongan kertas yang sebelumnya bebas menghembuskan nafasnya
Mulai terbawa, terseret derasnya air yang mengalir
Dedaunan yang masih menguatkan argumentasinya
Turun dengan tangisan dibalik gelegar suara gerimis
Suara anak manusia pun telah menenggelamkan keadaan setempat
Ikut hening seiring derasnya percikan langit.
Kendari, 5 Mei 2010
Puisi ini telah dibaca dan dikoreksi oleh:
1. LA ODE GUSMAN NASIRU
2. ZAINAL SURIANTO WAU
3. WA ODE RIZKI ADI PUTRI
4. KRISTIANA DEWI KUMALASARI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar