Ringkasan Mengenai Naskah Drama yang Pernah Dibaca.
Drama yang
pernah dibaca terdiri atas 5 naskah drama yaitu 4 naskah Drama Nasional dan
satu naskah Drama Lokal, diantaranya yaitu :
1.
Naskah drama “Titik-Titik
Hitam” karya Nasya Djamin yang merupakan drama satu babak tahun 1956.
2.
Drama komedi “Pagi Bening”
karya Safin dan Joaquin Alvarez Quintero yang merupakan terjemahan Drs Sapardi
joko Darmono @ 2006.
3.
Naskah drama “Malam Terakhir”
karya Yukio Mishima, diterjemahkan oleh Toto Sudarto Bachtiar.
4.
Naskah drama “Mangir” karya
Pramudya Ananta Toer.
5.
Naskah drama “Ningrat” karya
Laode Sadia (drama Lokal).
1.
Drama “ Titik-Titik Hitam”,
karya Nasya Djamin
Drama yang terdiri atas 6 adegan ini para
pelakunya terdiri dari Adang, Hartati (istri Adang), Trisno (adik Adang),
Rahayu (adik Hartati), Ibu (ibu Hartati dan Rahayu) dan Dr Gun. Dalam drama
Titik-Titik Hitam ini mengangkat persoalan mengenai sesuatu hal berupa
kehidupan yang dialami dalam sebuah keluarga. Mula-mula peristiwa terjadi di
ruang depan rumah Adang. Adang muncul dengan kelakuan aneh yaitu sedang
mondar-mandir dengan rasa gelisah. Kelihatannya ia sedang memikirkan sesuatu.
Dengan kelakuannya tersebut ibu Hartati mulai marah dan menegurnya tentang apa yang ia bingungkan.
Dalam peristiwa ini sempat terjadi perdebatan antara keduanya. Adang selalu
mencari pembelaan di depan ibu Hartati.. Memang pada dasarnya ibu Hartati tidak
setuju dengan perkawinan mereka. Ia benci pada Adang. Mungkin saja Adang
bingung dengan keadaan istrinya yang sedang sakit. Hartati telah dirawat dengan
dr. Gun. Dr. Gun adalah teman dekat dari ayah kandung Hartati. Hartati
mempunyai adik kandung perempuan yang bernama Rahayu. Dulunya mereka tinggal
dalam satu rumah. Tetapi Rahayu sempat kabur dari rumah karena ia menginginkan
kehidupan yang merdeka. Sejak kepindahannya tersebut kakanya Hartati mulai
sakit. Dengan penyakit yang dialaminya dr. Gun sempat bicara pada ibu Hartati,
kalau Hartati masih bisa sembuh asalkan Hartati sendiri bangkit dari
penyakitya. Dr. Gun selalu memandang foto Hartati yang di pajang di atas
dinding. Kata ibu Hartati foto tersebut merupakan hasil lukisan dari adik Adang
yang bernama Trisno. Ia menggambarnya denga setengah badan. Dr, Gun sempat
bercakap-cakap dengan ibu Hartati dan ia menjelaskan bahwa ia tidak lagi
menemukan kebahagiaan dalam diri Tati seperti yang ada dalam foto. Setelah
berbincang-bincang Rahayu pun datang setelah ditelpon dengan Adang kalau
kakaknya sakit
Melihat kelakuan Ayu yang menginginkan
kemerdekaan dr. Gun mulai menasehatinya agar ia selalu menghormati orang tua
dan kakanya. Dr. Gun memperingatkan agar Ayu tidak mengulangi perbuatannya
tempo dulu yaitu hamil di luar nikah. Meskipun dulunya sempat digugurkan kandungannya
dengan ditolong oleh dr. Gun sendiri.
Begitu pun dengan ibu Rahayu yang selalu memperingatkan Ayu. Ayu memilih kabur
bersama Trisno dan mereka tinggal di pegunungan. Keduanya saling mencintai. Ayu
juga menjelaskan masalah yang sempat membuatnya kabur dari rumah bahwa ia
sempat bertengkar dengan kakanya Tati dan
ia pun mengalah dan tidak menginginkaan kalau kakaknya mengetahui
hubungannya dengan Trisno. Hal itulah yang membuat kakanya hingga jatuh sakit.
Setelah mengetahui penjelasan tersebut ibu Hartati sadar dan langsung memaafkan
Rahayu. Mereka pun berdamai.
2.
Drama “Pagi Bening“ karya
Sarifin dan Joaquin Alfarez Quintero.
Drama ini mengangkat persoalan masalah
sebuah pertemuan yang mengingatkan masa lalu. Para pelaku / tokoh dalam darama
ini adalah Donna Laura yang merupakan wanita tua berumur kira-kira 70 tahun
yang bermental baik, Don Gonzalo 70 tahun merupakan lelaki tua yang selalu
tampan dan tidak sabaran, Petra merupakan gadis pembantu Laura, dan Junianto
merupakan pemuda pembantu Gonzalo.
Pertama-tama peristiwa terjadi di sebuah taman
umum yang dilengkapi dengan bangku-bangku dan bunga-bunga. Tokoh diawali dengan
Laura yang ingin duduk di sebuah bangku taman umum. Saat itu matahari agak
panas. Keadaan seperti itu akhirnya laura menyuruh Petra untuk menemui tukang
kebun karena menurut penglihatannya tukang kebun tersebut sudah lama menanti
Petra. Petra pun mau dan sebelum menemuinya, Laura terlebih dahulu meminta
remah-remah roti untuk makanan burung-burung seperti merpati. Ketika Laura masih
memberi makan burung-burung, tiba-tiba Gonzalo muncul dengan kakinya yang
bengkak bersama Juanito. Gonzalo ingin duduk di bangkunya sendiri, tetapi
bangkunya telah diduduki dengan tiga orang pendeta. Ia langsung marah dan
menyuruh Juanito untuk menyingkirkan pendeta-pendeta tersebut. Akhirnya Gonzalo
terpaksa duduk di bangku sebelah Laura. Laurapun mengajak bicara Gonzalo dengan
berkata agar ia berhati-hati pada burungnya. Gonzalo semakin marah dan kesal
pada pendeta-pendeta karena mereka belum pergi-pergi. Ia terpaksa duduk dengan
Laura yang sudah tua karena bangkunya sedang diduduki dengan orang lain.
Gonzalo mulai mengelap sepatunya dengan sapu tangan. Melihat hal tersebut,
Laura mengkritiknya. Akhirnya, Gonzalo makin marah dan berkata agar Laura tidak
mencampuri urusannya. Ia juga meminta buku pada Juanito. Di dalam bukunya
berisi beberapa penggalan sajak. Setiap dibaca isi buku tersebut, ia selalu
menggunakan kaca mata. Sebelum membaca Gonzalo terlebih dahulu meminta obat
bersin pada Juanito. Ia juga menawarkan obat tersebut pada Laura. Keduanyapun
merasa enak setelah menikmati obat tesebut.
Berbeda dengan Laura yang membaca sajak tanpa
menggunakan kaca mata / kaca pembesar. Gonzalo makin iri pada penglihatan
Laura. Kemudian mereka bercerita tentang engalaman ya g pernah dialami di masa
lalu. Gonzalo telah menceritakan bahwa ia pernah ke Amerika begitupun dengan
Laura yang dulunya sempat dibesarkan di sana pula. Laura menceritakan
pertemuannya denga seorang lelaki waktu di jendela kamarnya. Gonzalo menanggapi
bahwa gadis itu sangat ideal dan manis. Iapun mengumpamakan dirinya sebagai
saudara sepupunya begitupun Laura yang menyembunyikan dirinya sebagai oaring
lain. Laura menceritakan apa yang dilakukan Gonzalo tempo dulu. Ia selalu
menyembunyikan bahwa seolah-olah cerita tersebut ia dapati dari temannya yang
menyuratinya. Keduanya telah menyembunyikan rahasia masing-masing seperti Laura
yang tidak menceritakan bahwa ia sudah kawin dengan teman duelnya setelah dua
tahun lamnya menjalani profesi tersebut. Begitu juga dengan Gonzalo yang tidak
ingin bercerita bahwa ia sudah kawin dengan penari balet dari Paris. Merekapun
semakin sadar dan tidak bertengkar lagi. Setelah mereka bercerita, Gonzalo
meminta untuk pulang dan ia memanggil kembali Juanito. Sebelum Gonzalo pergi ia
sempat berkata, bahwa besok pagi ia akan dating kembali di tempat tersebut
dengan membawa remang-remang roti. Juanito menghampiri Gonzalo dan tukang kebun
sempat memberikan bunga untuk Laura. Keduanya mulai berpisah dan Laura
melangkahkan kakinya. Gonzalo membungkuk memunguti bunga yang jatuh dari bunga
Laura. Laurapun bertanya tentang apa yang sudah dilakukan gonzalo. Dari
peristiwa ini laura semakin percaya bahwa laki-laki tua itu merupakan Gonzalo
yang sesungguhnya karena apa yang dilakukan saat itu, seperti apa yang
dilakukan sebelumnya ketika masa muda. Gonzalo juga makin percaya bahwa
perampuan tua yang ditemuinya merupakan Laura sesungguhnya sewaktu ia kenal
dimasa muda. Keduanyapun tersenyum.
3.
Drama “Malam Terakhir”, karya
yukio Mishima
Drama yang berjudul “Malam terakhir”
mengangkat persoalan tentang seseorang yang sudah tua sedang duduk termangu
sambil menghitung punting rokoknya. Tokoh-tokoh dalam drama ini adalah
perempuan tua, penyair, laki-laki I, laki-laki II, laki-laki III, perempuan I,
perempuan II, perempuan III, agen polisi, beberapa penyair, beberapa pasangan
kekasih, beberapa pengemis, dan beberapa pelayan rumah makan.
Dalam drama ini cerita diawali dengan perempuan tua yang sedang menghitung punting
rokok. Tiba-tiba dibelakang muncul seorang penyair yang memperhatikan perempuan
tersebut. Kemudian perempuan tua memberikan rokok kepada penyair, tetapi ia
menolaknya. Perempuan tua bisa meramal bahwa orang yang sedang menemaninya dan
mengajaknya bicara betul-betul seorang penyair. Ia bisa meramal bahwa tujuan
dari penyair dating di tempat tersebut adalah untuk mengumpulkan kesan-kesan
yang kemudian ia olah menjadi sajak-sajak. Setelah perempuan menanyakan hal
itu, si penyair menyangkal. Keduanya duduk dibangku yang letaknya di taman
sambil bercerita. Perempuan tua menceritakan kisah hidupnya hingga berumur 99
tahun. Begitu juga dengan penyair yang sudah mabuk. Perempuan tua selalu
mengungkap cerita tentang apa yang dilihat di bangku taman dimana ia duduk. Ia selalu
melihat laki-laki bersama perempuan selalu bermesraan sambil bercerita tanpa
memikirkan keadaan di sekeliling. Dalam keadaan seperti itulah menurutnya bahwa
penyair akan memanfaatkan hal tersebut. Tetapi saat itu penyair memandang bahwa
perempuan tua tidak menjadi kerut-kerut lagi mukanya. Menurut penglihatannya ia
tetap seperti perempuan yang masih berumur 19 tahun.
Perempuan tuapun beranggapan bahwa
bangku-bangku yang ada di sekelilingnya akan menjadi hidup kembali ketika ada
laki-laki bersama perempuannya yang akan mendudukinya. Ia juga menceritakan
semua orang-orang yang datang di tempat itu. Orang-orang yang datang di tempat
itu dan semua laki-laki yang pernah memuja kecantikannya selalu memanggilnya
dengan Koachi. Semua laki-laki yang memuja kecantikannya telah meninggal dunia.
Begitupun dengan penyair yang mulai merayu. Perempuan tua telah menceritakan
hubungannya waktu dulu dengan Kapten Fukaksa. Dulu para perempuan selalu memuji
dan iri pada kecantikan Komachi. Setelah menceritakan masa lalunya, penyair semakin
memujinya. Iapun akan mengatakan bahwa ia tetap cantik dan tidak melihat lagi
kerut-kerut di mukanya. Ia semakin tertarik pada perempuan tua. Walaupun
perempuan tua menceritakan semua ketuaannya, tetapi penyair tidak memperdulikan
hal itu. Ia tetap melanjutkan keinginanya untuk mencintai perempuan tua
tersebut karena sudah dipengaruhi dan dikuasai dengan kemabukannya sendiri.
Perempuan tua selalu mencari jalan lain dan
menghalangi agar penyair tidak berkata bahwa Komachi sangat cantik. Ia
melakukan hal itu karena tidak menginginkan kalau penyair akan meninggal dunia
juga seperti laki-laki lain yang sudah mengatakan cinta dan memuja
kecantikannya. Penyair tetap berusaha hingga ia kesampean dan berbicara bahwa
Komachi merupakan perempuan yang paling cantik di dunia. Setelah mengatakan hal
itu kedua tangan dan kaki penyair menjadi dingin hingga ia jatuh ke tanah dan
meninggal. Perempuan tua tetap duduk termangu di atas bangku dan memandang
nanap ke depan. Sesudah itu dia mulai lagi memilih-milih puntung rokoknya
bagaikan orang bodoh karena ia selalu memikirkan tentang apa yang sudah terjadi.
Agen
polisipun mulai muncul dan menanyakan pada perempuan tua tersebut bahwa sejak
kapan penyair yang sudah mabuk terjatuh hingga akhirnya meninggal. Akhirnya
perempuan tua menjawab bahwa sebelum penyair tersebut meninggal, ia sempat
mengganggu dirinya. Agen polisi tidak percaya dengan hal itu, karena menurut
mereka tidak mungkin seorang perempuan tua yang sudah keriput akan diganggu.
Mereka tetap beranggapan bahwa perempuan tua telah melucu belaka. Merekapun
telah memperingatkan agar para kuli tidak tidur di taman tersebut karena tempat
itu bukan tempat mereka sesungguhnya. Perempua tua tetap melanjutkan
kegiatannya dengan menghitung beberapa puntung rokok.
4.
Drama “Mangir” karya Pramudya
Ananta Toer.
Drama ini mengangkat persoalan mengenai
masalah dari sebuah kerajaan yang membahas masalah peperangan. Tokoh-tokohnya
adalah Wanabaya (Ki Ageng Mangir) pemuda 23 tahun yang tampan, tinggi, perkasa,
dan sebagai prajurit, pendekar, panglima perang, tua pardikan Mangir. Pembayun
(putrid Adisaroh) 16 tahun, Suriwang 50 tahun, Kimong 30 tahun, Tumenggung
Mandaraka 92 tahun, Ki Ageng Pamanahan 90 tahun, Pangeran Purbaya 20 tahun, Tumenggung
Jagaraga 35 tahun, Panembahan Senapati 45 tahun, dan Demang Pajang 42 tahun.
Dalam drama ini menceritakan seorang
panglima perang / tua pardikan yang bernama Wanabaya atau Ki ageng Mangir yang
mencintai putri Pembayun (Adisaroh). Hubungan keduanya telah ditolak
mentah-mentah dari pihak kerajaan Mangir. Penolakan ini dikarenakan putrid
Adisaroh berasal dari kerajaan Mataram, sedangkan Wanabaya berasal dari
kerajaan Mangir. Pihak-pihak dari kerajaan Mangir seperti Baru Klinting dan
yang lainnya selalu memperebutkan Adisaroh. Demang Patalanpun tidak rela kalau putrid Adisaroh jatuh di
tangan Wanabayan. Kerajaan Mangir maupun kerajaan mataram sedang tidak rukun.
Maka dari itu kerajaan Mangir mengirim / mengutus Ki Ageng Mangir (Wanabaya)
menentang kerajaan Mataram. Kerajaan Mangir selalu mencari siasat dengan
mengundang pihak-pihak dari kerajaan Mataram untuk merundingkan suatu
peperangan termasuk putrid Adisaroh yang dating bersama rombongan dari kerajaan
Mataram. Putrid Adisaroh dating bersama Ki Ageng Mangir.
Setelah sampai di Mangir putri Adisaroh selalu
bergandengan tangan dengan Wanabayan. Mereka tidak mau dipisahkan. Pihak mangir
seperti para tetua selalu menjelek-jelekkan Adisaroh. Mereka juga memarahi
Wanabayan karena hatinya telah terbelah dua sejak mengenal putrid Adisaroh.
Wanabayan telah diberi kepercayaan sebagai panglima perang atau tua pandikan.
Putrid Adisaroh merupakan putrid Tumenggung Mandarakan yang dikenal sebagai
penari tanpa tandingan. Setelah orang-orang Mangir mengetahui hubungan Adisaroh
bersama Ki Ageng Mangir, mereka langsung mengarahkan 7 mata tombak pada
Wanabayan, karena telah menghianati kepercayaan raja setelah diutus menjadi
panglima Mangir dengan menjalin hubungan bersama putri dari Mataram.
Wanabayanpun mengakui kesalahannya dan meminta ampun untuk direstui
hubungannya.
5.
Drama “Ningrat” karya Laode
Sadia (drama Lokal).
Drama ini membahas persoalan tentang
perbedaan sosial yang berasal dari keturunan yang berbeda dan masih
mengutamakan gelar ningratnya. Tokoh-tokoh dalam drama ini adalah La Ege, Wd. Abe,
Bapak, Kakek, Ani, dan Orang tua. Drama ini dimulai dengan La Ege yang menunggu
dan enanti kedatangan Wd. Abe. Mereka sama-sama saling mencintai, tetapi
hubungan keduanya ditolak dengan orang tua laki-laki Wd.. Abe. Alasannya
dikarenakan perbedan keturunan yang sama-sama tidak sepadan dan masih
mementingkan ningratnya. Awalnya La Ege merupakan turunan dari kalangan
rendahan. Ia mencintai setulus hati Wd. Abe meskipun mengetahui bahwa Wd. Abe
merupakan keturunan ningrat. Ia tetap mempertahankan keutuhan cintanya walaupun
Wd. Abe sudah dijodohkan. Wd. Abe tergolong perempuan cantik. Ia tidak
memperdulikan status La Ege. Untuk mempertahankan cintanya, ia rela membatalkan
perjodohannya denga laki-laki lain. Ia rela dibuang dari keluarganya, yang
penting tujuannya untuk menyelamatkan cinta sejati. Sangayah menentang hubungan
tersebut karena tidak menginginkan anaknya untuk dipersunting dengan laki-laki
yang berasal dari kelas rendahan. Iapun tidak memikirkan kehidupan anaknya yang
nantinya akan merusak batin putrinya sendiri. Ia selalu mencari siasat lain
untuk memisahkan keduanya. Meskipun sikakak dan sangayah sama-sama tidak setuju, tetapi masih ada
orang-orang yaitu Kakek dan Ani yang menyelamatkan cinta mereka. Kakek selalu
menasehati La Ege untuk sabar dengan menerima hal tersebut dan tetap berusaha
dalam menggapai cintanya. Anipun selalu menjadi teman yang baik untuk La Ege
dan Wd. Abe.
Keluarga Wd. Abe tetap mempertahankan
ningratnya. Untuk itu mereka rela Wd. Abe menikah asalkan berasal dari
keturunan yang sama. Peraturan ini sudah ditetapkan dalam keluarga Wd. Abe.
Tetapi dengan aturan yang sudah ditetapka tersebut Wd. Abe berani melanggar
karena menurutnya perbedaan status bukan merupakan satu-satunya penghalang
untuk menjalankan kisah cinta siapapun termasuk pada dirinya sendiri. Dimatanya
perbedaan yang tetap mempertahankan gelar ningrat sudah tidak berlaku lagi.
Karena itu ia berusaha untuk meratakan gelar keturunannya dengan memilih kawin
lari bersama La Ege.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar