Senin, 05 Desember 2011

Ringkasan Mengenai Naskah Drama

 Ringkasan Mengenai Naskah Drama yang Pernah Dibaca.

Drama yang pernah dibaca terdiri atas 5 naskah drama yaitu 4 naskah Drama Nasional dan satu naskah Drama Lokal, diantaranya yaitu :
1.      Naskah drama “Titik-Titik Hitam” karya Nasya Djamin yang merupakan drama satu babak tahun 1956.
2.      Drama komedi “Pagi Bening” karya Safin dan Joaquin Alvarez Quintero yang merupakan terjemahan Drs Sapardi joko Darmono @ 2006.
3.      Naskah drama “Malam Terakhir” karya Yukio Mishima, diterjemahkan oleh Toto Sudarto Bachtiar.
4.      Naskah drama “Mangir” karya Pramudya Ananta Toer.
5.      Naskah drama “Ningrat” karya Laode Sadia (drama Lokal).

1.      Drama “ Titik-Titik Hitam”, karya Nasya Djamin

Drama yang terdiri atas 6 adegan ini para pelakunya terdiri dari Adang, Hartati (istri Adang), Trisno (adik Adang), Rahayu (adik Hartati), Ibu (ibu Hartati dan Rahayu) dan Dr Gun. Dalam drama Titik-Titik Hitam ini mengangkat persoalan mengenai sesuatu hal berupa kehidupan yang dialami dalam sebuah keluarga. Mula-mula peristiwa terjadi di ruang depan rumah Adang. Adang muncul dengan kelakuan aneh yaitu sedang mondar-mandir dengan rasa gelisah. Kelihatannya ia sedang memikirkan sesuatu. Dengan kelakuannya tersebut ibu Hartati mulai marah dan  menegurnya tentang apa yang ia bingungkan. Dalam peristiwa ini sempat terjadi perdebatan antara keduanya. Adang selalu mencari pembelaan di depan ibu Hartati.. Memang pada dasarnya ibu Hartati tidak setuju dengan perkawinan mereka. Ia benci pada Adang. Mungkin saja Adang bingung dengan keadaan istrinya yang sedang sakit. Hartati telah dirawat dengan dr. Gun. Dr. Gun adalah teman dekat dari ayah kandung Hartati. Hartati mempunyai adik kandung perempuan yang bernama Rahayu. Dulunya mereka tinggal dalam satu rumah. Tetapi Rahayu sempat kabur dari rumah karena ia menginginkan kehidupan yang merdeka. Sejak kepindahannya tersebut kakanya Hartati mulai sakit. Dengan penyakit yang dialaminya dr. Gun sempat bicara pada ibu Hartati, kalau Hartati masih bisa sembuh asalkan Hartati sendiri bangkit dari penyakitya. Dr. Gun selalu memandang foto Hartati yang di pajang di atas dinding. Kata ibu Hartati foto tersebut merupakan hasil lukisan dari adik Adang yang bernama Trisno. Ia menggambarnya denga setengah badan. Dr, Gun sempat bercakap-cakap dengan ibu Hartati dan ia menjelaskan bahwa ia tidak lagi menemukan kebahagiaan dalam diri Tati seperti yang ada dalam foto. Setelah berbincang-bincang Rahayu pun datang setelah ditelpon dengan Adang kalau kakaknya sakit
Melihat kelakuan Ayu yang menginginkan kemerdekaan dr. Gun mulai menasehatinya agar ia selalu menghormati orang tua dan kakanya. Dr. Gun memperingatkan agar Ayu tidak mengulangi perbuatannya tempo dulu yaitu hamil di luar nikah. Meskipun dulunya sempat digugurkan kandungannya dengan ditolong  oleh dr. Gun sendiri. Begitu pun dengan ibu Rahayu yang selalu memperingatkan Ayu. Ayu memilih kabur bersama Trisno dan mereka tinggal di pegunungan. Keduanya saling mencintai. Ayu juga menjelaskan masalah yang sempat membuatnya kabur dari rumah bahwa ia sempat bertengkar dengan kakanya Tati dan  ia pun mengalah dan tidak menginginkaan kalau kakaknya mengetahui hubungannya dengan Trisno. Hal itulah yang membuat kakanya hingga jatuh sakit. Setelah mengetahui penjelasan tersebut ibu Hartati sadar dan langsung memaafkan Rahayu. Mereka pun berdamai.

2.      Drama “Pagi Bening“ karya Sarifin dan Joaquin Alfarez Quintero.

Drama ini mengangkat persoalan masalah sebuah pertemuan yang mengingatkan masa lalu. Para pelaku / tokoh dalam darama ini adalah Donna Laura yang merupakan wanita tua berumur kira-kira 70 tahun yang bermental baik, Don Gonzalo 70 tahun merupakan lelaki tua yang selalu tampan dan tidak sabaran, Petra merupakan gadis pembantu Laura, dan Junianto merupakan pemuda pembantu Gonzalo.
 Pertama-tama peristiwa terjadi di sebuah taman umum yang dilengkapi dengan bangku-bangku dan bunga-bunga. Tokoh diawali dengan Laura yang ingin duduk di sebuah bangku taman umum. Saat itu matahari agak panas. Keadaan seperti itu akhirnya laura menyuruh Petra untuk menemui tukang kebun karena menurut penglihatannya tukang kebun tersebut sudah lama menanti Petra. Petra pun mau dan sebelum menemuinya, Laura terlebih dahulu meminta remah-remah roti untuk makanan burung-burung seperti merpati. Ketika Laura masih memberi makan burung-burung, tiba-tiba Gonzalo muncul dengan kakinya yang bengkak bersama Juanito. Gonzalo ingin duduk di bangkunya sendiri, tetapi bangkunya telah diduduki dengan tiga orang pendeta. Ia langsung marah dan menyuruh Juanito untuk menyingkirkan pendeta-pendeta tersebut. Akhirnya Gonzalo terpaksa duduk di bangku sebelah Laura. Laurapun mengajak bicara Gonzalo dengan berkata agar ia berhati-hati pada burungnya. Gonzalo semakin marah dan kesal pada pendeta-pendeta karena mereka belum pergi-pergi. Ia terpaksa duduk dengan Laura yang sudah tua karena bangkunya sedang diduduki dengan orang lain. Gonzalo mulai mengelap sepatunya dengan sapu tangan. Melihat hal tersebut, Laura mengkritiknya. Akhirnya, Gonzalo makin marah dan berkata agar Laura tidak mencampuri urusannya. Ia juga meminta buku pada Juanito. Di dalam bukunya berisi beberapa penggalan sajak. Setiap dibaca isi buku tersebut, ia selalu menggunakan kaca mata. Sebelum membaca Gonzalo terlebih dahulu meminta obat bersin pada Juanito. Ia juga menawarkan obat tersebut pada Laura. Keduanyapun merasa enak setelah menikmati obat tesebut.
 Berbeda dengan Laura yang membaca sajak tanpa menggunakan kaca mata / kaca pembesar. Gonzalo makin iri pada penglihatan Laura. Kemudian mereka bercerita tentang engalaman ya g pernah dialami di masa lalu. Gonzalo telah menceritakan bahwa ia pernah ke Amerika begitupun dengan Laura yang dulunya sempat dibesarkan di sana pula. Laura menceritakan pertemuannya denga seorang lelaki waktu di jendela kamarnya. Gonzalo menanggapi bahwa gadis itu sangat ideal dan manis. Iapun mengumpamakan dirinya sebagai saudara sepupunya begitupun Laura yang menyembunyikan dirinya sebagai oaring lain. Laura menceritakan apa yang dilakukan Gonzalo tempo dulu. Ia selalu menyembunyikan bahwa seolah-olah cerita tersebut ia dapati dari temannya yang menyuratinya. Keduanya telah menyembunyikan rahasia masing-masing seperti Laura yang tidak menceritakan bahwa ia sudah kawin dengan teman duelnya setelah dua tahun lamnya menjalani profesi tersebut. Begitu juga dengan Gonzalo yang tidak ingin bercerita bahwa ia sudah kawin dengan penari balet dari Paris. Merekapun semakin sadar dan tidak bertengkar lagi. Setelah mereka bercerita, Gonzalo meminta untuk pulang dan ia memanggil kembali Juanito. Sebelum Gonzalo pergi ia sempat berkata, bahwa besok pagi ia akan dating kembali di tempat tersebut dengan membawa remang-remang roti. Juanito menghampiri Gonzalo dan tukang kebun sempat memberikan bunga untuk Laura. Keduanya mulai berpisah dan Laura melangkahkan kakinya. Gonzalo membungkuk memunguti bunga yang jatuh dari bunga Laura. Laurapun bertanya tentang apa yang sudah dilakukan gonzalo. Dari peristiwa ini laura semakin percaya bahwa laki-laki tua itu merupakan Gonzalo yang sesungguhnya karena apa yang dilakukan saat itu, seperti apa yang dilakukan sebelumnya ketika masa muda. Gonzalo juga makin percaya bahwa perampuan tua yang ditemuinya merupakan Laura sesungguhnya sewaktu ia kenal dimasa muda. Keduanyapun tersenyum.

3.      Drama “Malam Terakhir”, karya yukio Mishima

Drama yang berjudul “Malam terakhir” mengangkat persoalan tentang seseorang yang sudah tua sedang duduk termangu sambil menghitung punting rokoknya. Tokoh-tokoh dalam drama ini adalah perempuan tua, penyair, laki-laki I, laki-laki II, laki-laki III, perempuan I, perempuan II, perempuan III, agen polisi, beberapa penyair, beberapa pasangan kekasih, beberapa pengemis, dan beberapa pelayan rumah makan.
 Dalam drama ini cerita diawali dengan  perempuan tua yang sedang menghitung punting rokok. Tiba-tiba dibelakang muncul seorang penyair yang memperhatikan perempuan tersebut. Kemudian perempuan tua memberikan rokok kepada penyair, tetapi ia menolaknya. Perempuan tua bisa meramal bahwa orang yang sedang menemaninya dan mengajaknya bicara betul-betul seorang penyair. Ia bisa meramal bahwa tujuan dari penyair dating di tempat tersebut adalah untuk mengumpulkan kesan-kesan yang kemudian ia olah menjadi sajak-sajak. Setelah perempuan menanyakan hal itu, si penyair menyangkal. Keduanya duduk dibangku yang letaknya di taman sambil bercerita. Perempuan tua menceritakan kisah hidupnya hingga berumur 99 tahun. Begitu juga dengan penyair yang sudah mabuk. Perempuan tua selalu mengungkap cerita tentang apa yang dilihat di bangku taman dimana ia duduk. Ia selalu melihat laki-laki bersama perempuan selalu bermesraan sambil bercerita tanpa memikirkan keadaan di sekeliling. Dalam keadaan seperti itulah menurutnya bahwa penyair akan memanfaatkan hal tersebut. Tetapi saat itu penyair memandang bahwa perempuan tua tidak menjadi kerut-kerut lagi mukanya. Menurut penglihatannya ia tetap seperti perempuan yang masih berumur 19 tahun.
Perempuan tuapun beranggapan bahwa bangku-bangku yang ada di sekelilingnya akan menjadi hidup kembali ketika ada laki-laki bersama perempuannya yang akan mendudukinya. Ia juga menceritakan semua orang-orang yang datang di tempat itu. Orang-orang yang datang di tempat itu dan semua laki-laki yang pernah memuja kecantikannya selalu memanggilnya dengan Koachi. Semua laki-laki yang memuja kecantikannya telah meninggal dunia. Begitupun dengan penyair yang mulai merayu. Perempuan tua telah menceritakan hubungannya waktu dulu dengan Kapten Fukaksa. Dulu para perempuan selalu memuji dan iri pada kecantikan Komachi. Setelah menceritakan masa lalunya, penyair semakin memujinya. Iapun akan mengatakan bahwa ia tetap cantik dan tidak melihat lagi kerut-kerut di mukanya. Ia semakin tertarik pada perempuan tua. Walaupun perempuan tua menceritakan semua ketuaannya, tetapi penyair tidak memperdulikan hal itu. Ia tetap melanjutkan keinginanya untuk mencintai perempuan tua tersebut karena sudah dipengaruhi dan dikuasai dengan kemabukannya sendiri.
 Perempuan tua selalu mencari jalan lain dan menghalangi agar penyair tidak berkata bahwa Komachi sangat cantik. Ia melakukan hal itu karena tidak menginginkan kalau penyair akan meninggal dunia juga seperti laki-laki lain yang sudah mengatakan cinta dan memuja kecantikannya. Penyair tetap berusaha hingga ia kesampean dan berbicara bahwa Komachi merupakan perempuan yang paling cantik di dunia. Setelah mengatakan hal itu kedua tangan dan kaki penyair menjadi dingin hingga ia jatuh ke tanah dan meninggal. Perempuan tua tetap duduk termangu di atas bangku dan memandang nanap ke depan. Sesudah itu dia mulai lagi memilih-milih puntung rokoknya bagaikan orang bodoh karena ia selalu memikirkan tentang apa yang sudah terjadi.
 Agen polisipun mulai muncul dan menanyakan pada perempuan tua tersebut bahwa sejak kapan penyair yang sudah mabuk terjatuh hingga akhirnya meninggal. Akhirnya perempuan tua menjawab bahwa sebelum penyair tersebut meninggal, ia sempat mengganggu dirinya. Agen polisi tidak percaya dengan hal itu, karena menurut mereka tidak mungkin seorang perempuan tua yang sudah keriput akan diganggu. Mereka tetap beranggapan bahwa perempuan tua telah melucu belaka. Merekapun telah memperingatkan agar para kuli tidak tidur di taman tersebut karena tempat itu bukan tempat mereka sesungguhnya. Perempua tua tetap melanjutkan kegiatannya dengan menghitung beberapa puntung rokok.

4.      Drama “Mangir” karya Pramudya Ananta Toer.

Drama ini mengangkat persoalan mengenai masalah dari sebuah kerajaan yang membahas masalah peperangan. Tokoh-tokohnya adalah Wanabaya (Ki Ageng Mangir) pemuda 23 tahun yang tampan, tinggi, perkasa, dan sebagai prajurit, pendekar, panglima perang, tua pardikan Mangir. Pembayun (putrid Adisaroh) 16 tahun, Suriwang 50 tahun, Kimong 30 tahun, Tumenggung Mandaraka 92 tahun, Ki Ageng Pamanahan 90 tahun, Pangeran Purbaya 20 tahun, Tumenggung Jagaraga 35 tahun, Panembahan Senapati 45 tahun, dan Demang Pajang 42 tahun.
Dalam drama ini menceritakan seorang panglima perang / tua pardikan yang bernama Wanabaya atau Ki ageng Mangir yang mencintai putri Pembayun (Adisaroh). Hubungan keduanya telah ditolak mentah-mentah dari pihak kerajaan Mangir. Penolakan ini dikarenakan putrid Adisaroh berasal dari kerajaan Mataram, sedangkan Wanabaya berasal dari kerajaan Mangir. Pihak-pihak dari kerajaan Mangir seperti Baru Klinting dan yang lainnya selalu memperebutkan Adisaroh. Demang Patalanpun  tidak rela kalau putrid Adisaroh jatuh di tangan Wanabayan. Kerajaan Mangir maupun kerajaan mataram sedang tidak rukun. Maka dari itu kerajaan Mangir mengirim / mengutus Ki Ageng Mangir (Wanabaya) menentang kerajaan Mataram. Kerajaan Mangir selalu mencari siasat dengan mengundang pihak-pihak dari kerajaan Mataram untuk merundingkan suatu peperangan termasuk putrid Adisaroh yang dating bersama rombongan dari kerajaan Mataram. Putrid Adisaroh dating bersama Ki Ageng Mangir.
 Setelah sampai di Mangir putri Adisaroh selalu bergandengan tangan dengan Wanabayan. Mereka tidak mau dipisahkan. Pihak mangir seperti para tetua selalu menjelek-jelekkan Adisaroh. Mereka juga memarahi Wanabayan karena hatinya telah terbelah dua sejak mengenal putrid Adisaroh. Wanabayan telah diberi kepercayaan sebagai panglima perang atau tua pandikan. Putrid Adisaroh merupakan putrid Tumenggung Mandarakan yang dikenal sebagai penari tanpa tandingan. Setelah orang-orang Mangir mengetahui hubungan Adisaroh bersama Ki Ageng Mangir, mereka langsung mengarahkan 7 mata tombak pada Wanabayan, karena telah menghianati kepercayaan raja setelah diutus menjadi panglima Mangir dengan menjalin hubungan bersama putri dari Mataram. Wanabayanpun mengakui kesalahannya dan meminta ampun untuk direstui hubungannya.

5.      Drama “Ningrat” karya Laode Sadia (drama Lokal).

Drama ini membahas persoalan tentang perbedaan sosial yang berasal dari keturunan yang berbeda dan masih mengutamakan gelar ningratnya. Tokoh-tokoh dalam drama ini adalah La Ege, Wd. Abe, Bapak, Kakek, Ani, dan Orang tua. Drama ini dimulai dengan La Ege yang menunggu dan enanti kedatangan Wd. Abe. Mereka sama-sama saling mencintai, tetapi hubungan keduanya ditolak dengan orang tua laki-laki Wd.. Abe. Alasannya dikarenakan perbedan keturunan yang sama-sama tidak sepadan dan masih mementingkan ningratnya. Awalnya La Ege merupakan turunan dari kalangan rendahan. Ia mencintai setulus hati Wd. Abe meskipun mengetahui bahwa Wd. Abe merupakan keturunan ningrat. Ia tetap mempertahankan keutuhan cintanya walaupun Wd. Abe sudah dijodohkan. Wd. Abe tergolong perempuan cantik. Ia tidak memperdulikan status La Ege. Untuk mempertahankan cintanya, ia rela membatalkan perjodohannya denga laki-laki lain. Ia rela dibuang dari keluarganya, yang penting tujuannya untuk menyelamatkan cinta sejati. Sangayah menentang hubungan tersebut karena tidak menginginkan anaknya untuk dipersunting dengan laki-laki yang berasal dari kelas rendahan. Iapun tidak memikirkan kehidupan anaknya yang nantinya akan merusak batin putrinya sendiri. Ia selalu mencari siasat lain untuk memisahkan keduanya. Meskipun sikakak dan sangayah  sama-sama tidak setuju, tetapi masih ada orang-orang yaitu Kakek dan Ani yang menyelamatkan cinta mereka. Kakek selalu menasehati La Ege untuk sabar dengan menerima hal tersebut dan tetap berusaha dalam menggapai cintanya. Anipun selalu menjadi teman yang baik untuk La Ege dan Wd. Abe.
Keluarga Wd. Abe tetap mempertahankan ningratnya. Untuk itu mereka rela Wd. Abe menikah asalkan berasal dari keturunan yang sama. Peraturan ini sudah ditetapkan dalam keluarga Wd. Abe. Tetapi dengan aturan yang sudah ditetapka tersebut Wd. Abe berani melanggar karena menurutnya perbedaan status bukan merupakan satu-satunya penghalang untuk menjalankan kisah cinta siapapun termasuk pada dirinya sendiri. Dimatanya perbedaan yang tetap mempertahankan gelar ningrat sudah tidak berlaku lagi. Karena itu ia berusaha untuk meratakan gelar keturunannya dengan memilih kawin lari bersama La Ege.







 




  



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar