Senin, 12 Desember 2011

DEVENISI WACANA

DEVENISI WACANA MENURUT PARA AHLI

Defenisi wacana menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
    Menurut Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
    Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.
    Foucault memandang wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
    Pendapat lebih jelas lagi dikemukakan oleh J.S. Badudu (2000) yang memaparkan;
wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang  satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.  Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan,yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara lisan dan tertulis.
    Sementara itu Samsuri memberi penjelasan mengenai wacana, menurutnya;
             wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.  Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.
    Lull (1998) memberikan penjelasan lebih sederhana mengenai wacana, yaitu cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. 
    Mills (1994) merujuk pada pendapat Foucault memberikan pendapatnya yaitu wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan.
            Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan sebagai domain dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata.  Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.  Sedangkan menurut metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.
Dari uraian di atas,  jelaslah terlihat bahwa wacana merupakan suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan memiliki hubungan makna antarsatuan bahasanya serta terikat konteks. Dengan demikian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat konteks di dalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah wacana. 

Defenisi lain mengenai wacana yaitu:
1. STUBBS, MICHAEL: Wacana merupakan kesatuan bahasa yang lebih besar
daripada ayat atau klausa. Dengan kata lain, wacana merupakan unit-unit linguistik
yang lebih besar daripada ayat atau klausa, seperti ertukaran-pertukaran percakapan
atau teks-teks tertulis. Secara ringkas; yang disebut teks bagi wacanaadalah ayat bagi
ujaran.
2.  ASMAH HAJI OMAR: Wacana ialah unit bahasa yang melebihi batas ayat, yang di
dalamnya memperlihatkan hubungan-hubungan dan perkembangan fikiran yang
berurutan seperti ayat, sejumlah ayat, ceraian, perenggan, bab, buku, novel, cerpen,
cerita, dialog, siri buku (cerita) dan sebagainya.
3. HARIMURTI KRIDALAKSANA: Wacana ialah satuan bahasa terlengkap, dalam
hierarki tatabahasa merupakan satuan tatabahasa tertinggi atau terbesar. Wacana ini
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, ensiklopedia, dan
sebagainya), paragraf, ayat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
4. CARLSON: Wacana ialah rentenan ujaran yang berkesinambungan dan gramatis serta    tersusun rapi.
5. HENRY GUNTUR TARIGAN: Wacana ialah satuan bahasa yang terlengkap dan
tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi
yang berkesinambungan yangg mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan
secara lisan atau tertulis.
Jenis-Jenis Wacana yaitu:
Leech mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan berikut ini;
1.    Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
2.    Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan pada pesta;
3.    Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa;
4.    Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu;
5.    Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Contohnya yaitu perbualan harian, ceramah, ucapan, hutbah, dan lain-lain. Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistem ejaan. Contohnya yaitu majalah, buku, nofel, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengungkapannya wacana terbagi dua yaitu:
1.    wacana langsung.
2.    wacana tidak langsung.
Berdasarkan bentuknya, wacana terbagi 3 bagian yaitu:
1.    wacana prosa.
2.    Wacan puisi.
3.    Wacana drama.
Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana naratif, wacana deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan wacana prosedur.
Hakikat wacana terdiri atas delapan unsur penting, yaitu:
1.    Satuan bahasa.
2.    Terlengkap / terbesar / tertinggi kedudukannya.
3.    Mengatasi ayat / klausa.
4.    Teratur / tersusun rapi / rasa koheren (kepautan).
5.    Berkesinambungan.
6.    Rasa kohesi (kesepaduan).
7.     Dalam bentuk lisan / tulisan.
8.    Mempunyai permulaan dan penutup.
Ciri-ciri wacana yaitu:
1.    Mempunyai koheren (pertautan: ayat dengan ayat, perenggan dengan perenggan lain dan isi dengan isi yang lain).
2.    Mempunyai kohesi (kesepaduan) yaitu ketetapan seluruh isi-isi yang dikemukakan fokus kepada tajuk yang diketengahkan.
3.    Mempunyai tujuan bagi menentukan jenis wacana, penggunaan ayat.
4.    Bermaklumat yaitu tiap-tiap ayat mesti mempunyai maklumat baru yang tidak terdapat dalam ayat sebelumnya.
5.    Diterima khalak atau audiens. Penerimaan tinggi jika pembaca atau pendengar memahami sepenuhnya wacana itu dan mempunyai tujuan yang sama.
6.    Berlandaskan hubungan yaitu penutur dengan pendengar, penulis dengan pembaca.
7.    Mempunyai andaian dan inferens yaitu inferens memberikan maklumat baru kepada andaian.
8.    Mempunyai gaya yaitu bersahaja atau tidak bersahaja, resmi atau tidak resmi, mempengaruhi pemilihan laras bahasa, ayat, penggunaan dialek, dan lain-lain.
9.    Mesti memasukan maklumat yang tidak berlawanan dengan logika akal dan tidak bertentangan dengan   maklumat yang ada dalam ayat sebelumnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar