Senin, 05 Desember 2011

ANALISIS DRAMA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
    Karya sastra merupakan karya yang dapat memesrai kehidupan. Bagi seorang sastrawan, karya sastra tidak hanya mengekspresikan pengalaman jiwanya saja, melainkan juga mempengaruhi pembaca agar dapat memahami dan menghayati ide yang dituangkannya dalam karya sastra. Karya sastra dapat menimbulkan citra tertentu di dalam benak penikmatnya sebab dapat menimbulkan perasaan senang, sedih, dendam dan sebagainya. Perasaan tersebut akan muncul karena adanya pengaruh dari tekhnik bunyi bahasa, pilihan kata, susunan kalimat, penampilan tokoh cerita maupun tekhnik penceritanya.
    Karya sastra itu lahir dalam kekosongan budaya. Karya sastra merupakan respons terhadap karya sastra sebelumnya. Oleh karena itu, sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari rangkaian-rangkaian sejarahnya. Selain itu, karya sastra juga merupakan struktur yang unsur-unsurnya saling berhubungan dengan erat dan tiap unsur itu hanya mempunyai makna dalam kaitannya atau hubungannya dengan unsur lainnya dan keseluruhannya.
    Drama adalah perbuatan, tindakan. Drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, dan sebagainya. Drama adalah kehidupan yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dan sifat manusia merupakan sumber pokok dalam drama. Dalam bahasa Belanda, drama adalah tonnel yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah sandiwara.
    Drama dapat memiliki nilai seni kehidupan yang dilukisksan oleh tokoh-tokohnya  yang dapat dipentaskan di atas panggung. Karena itu melalui pendekatan structural (objektif) drama yang berjudul “Tanah Yang Hilang” yang merupakan karya Ryfton Suba akan dianalisis agar dipahami para pembacanya tentang makan atau inti cerita yang terkandung di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian singkat yang tertuang pada latar belakang, maka masalah pokok yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaiman menganalisis drama “Tanah Yang Hilang” karya Rifton Suba dengan menggunakan tatanan analisis pendekatan Struktural/Objektif.

1.3 Tujuan
    Adapun tujuan dari bentuk analisis ini adalah untuk menganalisa atau mengungkap isi cerita yang disampaikan oleh pelaku-pelakunya yang merupakan karya Rifton Suba dengan pendekatan structural (Objektif). Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat awam dalam memahami atau memaknai kehidupan yang sebenarnya. Adapun tujuan lain dalam penulisan makalah ini secara khusus adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari Pembina mata kuliah kajian Drama, yang merupakan bagian dari tugas awal/pertama kali.

1.4 Manfaat
    Secara umum, manfaat analisis ini adalah untuk mempermudah masyarakat atau setiap pembaca dalam mengetahui bahkan memahami setiap isi atau makna melalui beberapa adegan yang tersirat/terselubung di dalamnya. Khususnya pada drama yang berjudul “Tanah Yang hilang” karya Rifton Suba. Di samping itu, manfaat lain adalah dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis/mengkaji sebuah drama, bahkan mengetahui beberapa penjabaran dalam pendekatan Struktural (Objektif).



BAB II
KAJIAN TEORI

    Drama adalah suatu aksi atau perbuatan. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik, dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran.
Orang yang memainkan sebuah drama disebut aktor atau lakon.
    Drama menurut masanya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1.    Drama baru/drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2.    Drama lama/drama klasik adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan sebagainya.
Secara etimologis teater adalah gedung pertunjukkan atau auditorium. Dalam arti luas teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di hadapan orang banyak. Dalam arti sempit teater adalah drama kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media: percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, music, nyanyian, tarian dan sebagainya.
Macam-macam drama berdasarkan isi kandungan cerita:
    Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
    Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
    Drama tragedi komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
    Tablau adalah drama yang mirip pantonim yang dibarengi oleh gerak gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
Dari definisi mengenai drama, maka dalam mengkaji drama yang berjudul “Tanah Yang Hilang” dapat digunakan suatu pendekatan struktural (Objektif). Pendekatan Objektif merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sendiri. Menurut Teeuw (1988:131), khususnya dalam ilmu sastra struktural berkembang melalui tradisi formalis. Artinya hasil-hasil yang dicapai melalui tradisi formalis sebagian besar dilanjutkan dalam strukturalis.
Secara definitif struktural berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan mekanisme antar hubungan, di satu pihak antar hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Di pihak lain, hubungan antara unsur denag totalitasnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian dengan kesepahaman, tetapi juga negatif seperti konflik dan pertentangan. Struktural dapat memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya. Setiap karya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang sama maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Di samping sebagai akibat ciri-ciri inheren tersebut, perbedaan unsur juga terjadi sebagai akibat perbedaan proses resepsi pembaca.
Pendekatan Objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusiri pada zaman Aristoteles dengan pertimbangan bahwa sebuah tragedy terdiri atas  unsur-unsur kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan. Organisasi atas unsur keempat itulah yang kemudian membangun struktur cerita yang disebut plot.
Pendekatan Objektif (Struktural) menempatkan karya sastra atau peristiwa dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan karena adanya reaksi timbale-balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dari keseluruhan. Pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur. Pendekatan struktural (Objektif) melakukan penelaahan sastra dari segi intrinsik yang membangun karya sastra, yaitu tema, latar, alur, penokohan, gaya bahasa, dan sebagainya. Selain itu juga, terdapat pula pada unsur-unsur ekstrinsik yaitu kemanusiaan, kebudayaan dan sebagainya.


BAB III
PEMBAHASAN

    Pendekatan Objektif (Struktural) merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sendiri. Oleh karena itu, bagi pembaca tidak akan mudah memahami maksud/isi cerita yang terdapat pada setiap adegan. Misalnya saja pada drama yang berjudul “Tanah Yang Hilang” memiliki beberapa adegan yang terlalu rumit untuk dilakoni oleh pelaku-pelakunya. Untuk itu, saya mencoba melakukan penganalisisan/pengkajian yang lebih mendalam untuk memahami isi cerita dengan menggunakan pendekatan objektif. Dengan memakai pendekatan objektif (Struktural), maka drama yang berjudul “Tanah Yang Hilang” ditinjau dari unsur intrisiknya memiliki tema tersendiri yaitu barang berharga yang lenyap begitu saja. Maksudnya adalah kekayaan satu-satunya yang dimiliki oleh si pelaku utama dirampas dan direbut secara paksa oleh seorang pengusaha. Ia tidak bisa mempertahankan kepemilikannya tersebut secara utuh karena dilandasi oleh keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Padahal dengan kepemilikan terhadap barang tersebut merupakan satu-satunya titik tumpuan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan sehari-hari.
    Jika ditinjau dari segi latar bahwa dalam setiap adegannya drama tersebut latar tempatnya terjadi di sebuah rumah yaitu di ruang tamu. Hal ini telah terbukti bahwa semua jalan peristiwa dalam setiap adegan selalu terjadi di ruang tamu. Seperti si pelaku utama yang duduk di kursi ruang tamu dengan tegang dan penuh kegelisahan dalam memikirkan biaya untuk mengolah sawah. Selain itu juga, ketika dia mengetahui bahwa sawahnya akan diambil oleh orang lain. Begitupun ketika ia masih duduk di ruang tamu seorang pengusaha bersama kepala desa dating menanyakan kejelasan terhadap kepemilikan tersebut. Serta latarnya terlihat pada adegan terakhir bahwa yang mana sang istri di ruang tamu pun ia merapikan baju suaminya sebelum si pelaku utama tersebut mengembalikan uang yang sudah ditukar dengan tanah kepemilikannya. Selain itu latar waktu terjadi ketika peristiwa mulai memuncak ketika si pelaku utama mulai mendengar berita bahwa tanahnya yang sudah dijadikan sawah akan dibangunkan tempat penginapanberupa vila oleh pengusaha dari kota. Serta yang terakhir bahwa drama tersebut telah didukung oleh latar suasana yang selalu menegangkan dan dibarengi dengan suasana yang penuh dendam. Hal ini tergambar bahwa semua warga yang mendukung si pelaku utama memiliki rasa dendam terhadap pengusaha karena niat untuk memiliki tanah tersebut didasari unsur paksaan.
    Dari segi tokoh/pelaku bahwa tokoh utama memiliki hati yang bijaksana dan penuh tanggung jawab dalam mempertahankan apa yang dimilikinya. Ia pun selalu sabar dalam menghadapi suatu masalah. Ia selalu menasehati warganya agar tidak mengambil keputusan sebelum dipertimbangkan kebenarannya dengan baik. Si pelaku utamapun selalu baik pada istrinya. Ia selalu menghidupi keluarganya walaupun secara pas-pasan. Meskipun kepunyaan satu-satunya ingin diincar oleh orang lain, tetapi dia berusaha untuk merebutnya kembali.
    Ditinjau dari segi alur, pada drama yang berjudul “Tanah Yang Hilang” mengalami alur maju karena terbukti dari awal cerita si pelaku utama mulai dihadapkan dengan masalah bahwa tanahnya akan dibangunkan sebuah penginapan. Ketika mengatahui hal itu ia tidak menyetujuinya karena tanah tersebut merupakan titik tumpuan untuk menghidupi seluruh anggota keluarganya. Ia pun berusaha untuk mempertahankannya dengan dibantu seluruh warga yang merupakan teman-teman karibnya. Tetapi dengan kondisi keluarga yang pas-pasan sang istri dengan nekat memberikan tanahnya kepada salah seorang pengusaha karena ia pun tidak menginginkan suaminya hidup dengan banyak masalah apalagi sampai masuk penjara. Untuk merebutnya kembali, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena sudah ada perjanjian antara kedua belah pihak walaupun hanya istrinya yang setuju.
    Penggunaan diksi yang dipakai dalam drama merupakan diksi atau pilihan kata yang betul-betul dapat dimengerti oleh pembaca atau pendengarnya. Pemilihan kata tidak terlalu umum sehingga pendengar menikmati isi jalan cerita dalam setiap adegan. Pemakaian kata-katanya pun seolah-olah merupakan bahasa yang dapat digunakan dalam sehari-hari, sehingga tidak mengalami kesulitan walaupun hanya dilihat dengan sekilas.
    Amanat yang bisa dipetik dalam drama yang berjudul “Tanah Yang Hilang” adalah sebagai umat manusia yang selalu menghargai orang lain, kita tidak boleh memaksakan kehendak kita apalagi merebutnya dengan dengan secara paksa. Kita tidak harus memaksakan rasa keegoisan kita apalagi berunjuk rasa dengan cara kekerasan. Semua masalah bisa diselesaikan dengan baik dan tangan terbuka serta rasa saling menghargai atau memelihara satu sama lain.
    Jika dilihat dari unsur ekstrinsik, drama yang berjudul “Tanah Yang Hilang” penganalisisannya hanya dilihat dari segi pendidikannya saja. Yang man si pelaku utama (Ayah) memiliki latar belakang pendidikan yang kurang apalagi ia hidup dalam suatu perkampungan. Pemerolehan pendidikan bersama warga lain sangat kurang misalnya saja tentang penggarapan hasil tani yang baik, mereka tidak begitu tahu. Mereka hanya tahu dengan cara tradisional. Sehingga dengan kelemahan tersebutlah ia bisa diperalat oleh orang lain. Padahal, jika memiliki pendidikan yang luas ia bisa mengelola/mengolahnya sendiri tanpa direbut oleh pengusaha-pengusaha yang handal. 


 
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

    Dari analisis drama yang berjudul “Tanah yang Hilang” karya Rifton Suba dalam bingkai pendekatan Struktural (Objektif) dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendekatan Objektif merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sendiri seperti unsur-unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Dari unsur-unsur inilah dapat membangun drama tersebut seperti drama “Tanah Yang Hilang”. Maksudnya adalah bahwa tanah yang dimiliki sejak dilahirkan telah dirampas oleh tangan-tangan si jail yang tidak mementingkan kehidupan di kelas bawahan. Mereka dengan seenaknya merebut kepemilikan tersebut yang hanya mengandalkan kecerdasan ilmu dan kedudukan dalam suatu jabatan. Bagi korban-korbannya hanya pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa karena diakibatkan oleh pemerolehan pendidikan yang kurang dan terbatas.

4.1 Saran
     Di dalam penyusunan makalah yang berupa analisis ini, tentunya terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya. Untuk itu saya sarankan agar dosen pembimbing mata kuliah ini tidak berhenti membimbing kami serta selalu bersedia apabila ada hal yang tidak kami mengerti khususnya yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pada analisis drama. Tentunya dengan hal tersebut akan lebih menyempurnakan atau memperbaiki kekurangan dalam analisis berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA


Organisasi.org/arti-definisi-pengertian drama
 tmimpi.wibisono.us/node/94
Kutha Ratna, S.U, Nyoman Prof. Dr. 2004. Teori, Metode, danTekhnik PenelitianI
    Sastra. Denpasar : Pustaka Belajar.
LA NIAMPE, M. Hum, DR. 2008. Teori Sastra. Kendari : Universitas Haluoleo.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar