Senin, 12 Desember 2011

SUMBER BERITA

SUMBER BERITA

Hal penting yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) yaitu sebagai berikut: 
1.    Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
2.    Proses wawancara.
3.    Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
4.    Partisipasi dalam peristiwa..
Pemahaman mengenai sumber berita adalah peristiwa atau pendapat yang dijadikan bahan untuk berita. Dalam hal ini  ia berarti peristiwa dan manusia.Sumber berita pada dasaranya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.    Sumber berita peristiwa / kejadian.
2.    Sumber berita pendapat (manusia).
3.    Sumber berita yang merupakan perpaduan antara peristiwa dan pendapat.
Perlu dingat dan dicamkan bahwa setiap peristiwa yang akan diangkat menjadi berita, haruslah merupakan fakta yang sebenarnya terjadi.Dengan pemahaman bahwa :
1.    Memberitakan apa adanya sesuai dengan apa yang terjadi.
2.    Tidak memelintir fakta yang ada.
3.    Peristiwa tersebut tidaklah dikreasikan / direkayasa.
4.    Membuat berita bukan atas pesanan orang lain.
Apabila kita melakukan salah satu dari point tersebut  berarti telah membohongi publik serta melakukan pelanggaran hukum dan kode etik jurnalistik. Apapun yang ditayangkan di media massa (termasuk berita di tv) mempunyai dampak. Dan pelaku dunia broadcast mempunyai tanggung jawab akan hal tersebut.

Kredibilitas sumber berita bukan segalanya. Hal yang lebih penting dari kredibilitas adalah akurasi dan verifikasi. Orang yang memiliki atau dianggap mempunyai kredibilitas, belum tentu memiliki informasi atau data akurat. Sebaliknya orang yang dianggap tidak memiliki kredibilitas, informasinya bisa saja memiliki akurasi tinggi. Faktor orang dalam hal ini, tidak lebih penting dibanding informasi yang disampaikan orang tersebut.
Sumber berita dan wartawan adalah dua hal yang saling membutuhkan. Keduanya seperti ruh dan jasad yang saling melengkapi. Ruh tanpa jasad adalah hantu dan jasad tanpa ruh adalah mayat. Sumber berita tanpa wartawan niscaya tak bisa menyampaikan pesan kepada publik, sebaliknya wartawan tanpa sumber berita juga tidak akan menghasilkan berita.Wartawan mungkin saja bisa menulis hanya berdasarkan asumsi atau pendapat. Namun tanpa sumber, apapun yang ditulis oleh wartawan hanya akan berwujud opini atau karangan pribadi. Sebagai salah satu ruh jurnalistik selain wawancara, sumber berita  merupakan kemutlakan yang tidak bisa ditawar yang harus ada dalam setiap liputan wartawan. Tidak semua orang bisa menjadi sumber berita. Sebagai ruh yang akan menentukan hasil kerja seorang wartawan, sumber berita mestinya ditentukan dan dipilih oleh wartawan ketika akan memulai sebuah liputan. 
Pemilihan dan penentuan sumber berita terutama untuk menghasilkan liputan yang memang berpihak kepada kebenaran salah satu ukuran yang menentukan baik buruknya produk jurnalistik. Sumber berita yang sembarangan hanya akan menghasilkan liputan yang juga serampangan. Dalam beberapa kasus, sumber berita bahkan bisa mendiktekan kepentingannya kepada wartawan. Namun sebagai pemberi informasi, siapa saja dapat dijadikan sumber awal dimulainya liputan. Secara sederhana sumber berita bisa diurai menjadi dua bagian besar. Pertama adalah pemberi atau pemasok informasi dan kedua adalah sumber yang akan menjadi subyek dalam liputan (pelaku, saksi, korban dan sebagainya).
Jika pemberi informasi awal juga terlibat dalam persoalan, ia bisa dimasukkan sebagai sumber liputan. Jika tidak, informasi awal dari pemasok, lazim digunakan hanya sebagai dasar dimulainya peliputan dan bukan titik akhir. Karena sifat liputan investigasi mengungkap skandal atau ketidakberesan yang merugikan kepentingan publik, maka cara paling sederhana mendapatkan sumber pemasok informasi awal adalah dengan mengakses hubungan dengan sumber yang posisinya berada sebagai berseberangan dari pihak-pihak yang akan diberitakan. Mereka biasanya lebih punya banyak motifasi agar informasinya sampai ke puplik melalui wartawan. Satu hal yang paling jelas, informasi dari sumber-sumber awal biasanya bisa dijaring lewat banyak bergaul dengan berbagai kalangan. Pergaulan yang luas akan menghasilkan kedekatan dan meningkatkan daya lobi wartawan. Tidak jarang informasi awal bisa pula diperoleh karena diberikan dengan sukarela, tanpa diminta. Surat kaleng, telepon gelap, dokumen yang dikirim ke redaksi adalah beberapa contoh dari informasi awal yang didapat secara sukarela.
Menentukan sumber untuk liputan merupakan soal yang tidak sederhana. Salah menentukan sumber, bisa berakibat fatal pada liputan. Wartawan yang baik yang teruji mental dan kualitasnya, sejak awal (ketika menerima informasi dari pemasok) akan sudah bisa menentukan siapa saja calon sumber untuk liputannya. Wartawan yang buruk adalah wartawan yang tidak tahu dan tidak bisa menentukan sumber liputan. Ada cara paling sederhana untuk menentukan siapa saja yang harus menjadi sumber liputan. Langkah awal setelah semua informasi (baik yang berbentuk informasi lisan, data atau dokumen) memperoleh verifikasi kebenaran dan akurasinya adalah dengan membuat outline atau semacam ikhtisar berita, lalu diskusikan di redaksi. Langkah ini akan memudahkan wartawan untuk memetakan lebih jelas duduk persoalan dari informasi yang diterima dan akhirnya menentukan siapa saja yang harus menjadi sumber liputan.
Salah satu ukuran dari wartawan yang baik harus sanggup menembus sumber berita siapapun orangnya. Minimal mampu menembus sumber-sumber yang memang berhubungan dengan bidang liputannya. Misalnya, wartawan ekonomi harus bisa menembus sumber-sumber yang berhubungan dengan liputan ekonomi, wartawan politik untuk sumber-sumber politik, dan sebagainya. Persoalannya, tidak semua wartawan mempunyai kemampuan daya tembus, bahkan untuk sumber-sumber yang berhubungan dengan bidang liputannya. Diperlukan keahlian tertentu dan jam terbang yang lama untuk bisa melakukan pekerjaan itu. Salah satunya dengan memanfaatkan jaringan lobi yang sudah dimiliki. Lewat lobi-lobi itulah, wartawan bisa terbantu dalam menembus sumber. Lobi-lobi itu misalnya, bisa melalui teman atau keluarga, sekretaris, dan sebagainya. Kalau tidak memiliki jaringan lobi, yang harus dilakukan pertama adalah membuat permohonan wawancara yang disampaikan lewat surat, email, sms atau telepon. Jika cara ini juga tidak manjur, langkah terakhir yang harus dilakukan wartawan adalah mencegat langsung sumber. Inipun bukan pekerjaan gampang. Selain harus tahu benar jadwal acara, dan kebiasaan sumber, juga dibutuhkan nyali besar untuk melakukannya, terutama jika sumber misalnya adalah orang penting yang punya banyak pengawal, atau dikelilingi birokrat yang berwatak rumit.
Soal jarak, tempat, dan waktu bukan pembenar bagi wartawan untuk tidak bisa menembus sumber. Tidak ada alasan, kegagalan menembus sumber hanya disebabkan oleh keberadaan sumber atau hal-hal teknis yang tidak penting. Misalnya karena berada di luar kota atau harus menghubungi dan mencegat di pagi buta, harus menginap dan menunggu berhari-hari dan sebagainya. Wartawan yang menjadikan jarak, tempat, dan waktu sebagai alasan tidak berhasil menembus sumber adalah wartawan etalase yang hanya duduk di belakang meja dan malas. Wartawan jenis ini mestinya perlu mengkaji ulang profesi sebagai kewartawanannya.
Apabila semua upaya sudah dilakukan, namun sumber juga tidak berhasil ditembus, maka apa boleh buat, itulah serendah-rendah “keimanan” sebuah liputan. Beda persoalannya dengan sumber yang tidak mau buka mulut karena akan ada alasan kepada publik bahwa sumber memang tidak bersedia memberi keterangan walaupun hal itu juga menunjukkan kebodohan wartawan. Sumber yang tidak tertembus adalah persoalan krusial yang bisa berdampak buruk pada liputan. Media yang baik, yang mempertaruhkan profesi jurnalistik dan institusinya tentu tidak akan gegabah menurunkan laporan wartawan yang tidak berhasil menembus sumber.











1 komentar:

  1. ga guna,penjelasannya ga mendetail...contoh dari sumber berita peristiwa,pendapat serta perpaduan antara peristiwa dan pendapat itu apa aja?
    yg ditulis di blog ini cuma copy paste doang..ckckck

    BalasHapus